Langsung ke konten utama

Mentari di Ranu Pani



        Mengajar bukan berarti harus masuk kelas dan berada di sekolah formal. Terkadang kita harus menyempatkan untuk mengajar di komunitas ataupun di pelosok desa untuk mengetahui seberapa penting kita menularkan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Dari berbagai pengalaman yang kita tapaki, pasti menyimpan banyak sekali cerita. Mulai dari tingkat kesulitan yang rendah hingga tinggi dalam menghadapi ragam kehidupan di masyarakat, pasti akan kita alami jika kita sering mengahadapi permasalahan didalamnya. Misalnya saja tentang masalah pendidikan, hampir disetiap sudut bangsa kita ini memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Oleh karena itu sebaiknya perlu ada bimbingan dan pengawalan terhadap sumber daya manusia yang berada di pelosok desa. Bisa jadi dengan jasa komunitas yang peduli terhadap masalah soasial dan pendidikan di pelosok negeri ini. Dengan mengikuti komunitas yang bergerak dibidang sosial pendidikan, tentunya akan membantu kita untuk memberikan inspirasi kepada saudara kita di luar sana.
Singkat cerita, alhamdulillah waktu itu Bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) saya mendapatkan kesempatan itu. LSM Generasi Emas Nusantara (GEN) merupakan sebuah LSM yang bergerak dibidang sosial pendidikan yang digagas oleh teman-teman dari London School Public Relation (LSPR) Jakarta. Saat itu, selepas saya ujian skripsi pada bulan Agustus 2017 LSM ini mengadakan acara pengabdian masyarakat. Karena saya memang menyukai kegiatan kemasyarakatan terutama anak-anak, Saya tergerak hati untuk menularkan berbagai ilmu yang saya miliki untuk anak-anak di pelosok negeri. Secara kebetulan, LSM GEN yang saya kenal melalui media sosial  mengadakan event pengabdian masyarakat di Desa Ranu Pani. Desa terakhir perbatasan kabupaten Malang dan Lumajang, yang merupakan jalur pendakian Gunung Semeru di Jawa Timur. Desa ini lokasi tepatnya adalah  di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Desa yang memiliki banyak hasil bumi berupa palawija dan termasuk desa wisata, karena beberapa objek wisata di sana menjadi sasaran para pengunjung desa ini. Banyak yang menjadikan desa ini menarik dan menawan bagi yang mengunjunginya, mulai dari cerita rakyat hingga keragaman budaya di desa ini.
Namun, di sana yang saya lihat bayak hal yang perlu diperhatikan lebih jauh, terutama terkait kesadaran dan pentingnya pendidikan. Mulai dari budaya membaca anak-anak hingga menyadarkan orang tua wali anak-anak di sana agar dapat memahami pentingnya anak-anak mereka untuk mengenyam pendidikan. Budaya membaca di Ranu Pani tergolong rendah, padahal kemampuan untuk dapat membaca sangat penting bagi anak-anak sejak dini. Membaca merupakan pilar penting bagi anak-anak untuk melihat dunia luar dan sekitarnya. Terlebih lagi ketika anak-anak sudah mulai bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya untuk mencari hal-hal baru, pasti mereka akan menemukan ilmu dan strategi dari apa yang mereka baca.
Sebenarnya saya sangat terinsipirasi dengan adanya “Pawon Pani” yang merupakan pondok membaca di Desa Ranu Pani. Pondok baca ini didirikan oleh seorang penggagas kegiatan belajar dari Malang. Beliau bersama istrinya membuat taman belajar dengan konsep perpustakaan dan kafe untuk para pendaki. Namun, sekreatif desain tempat membaca itu, jika dilihat dari motivasi belajar anak-anak Ranu Pani, mereka masih kurang antusias karena belum adanya dorongan dari orang tua siswa atau memang belum ada kesadaran dari diri mereka sendiri.
Saya berpendapat demikian karena ketika saya sempat beberapa kali mengajar di SDN Ranupani saat itu merasakan hal yang miris, masalahnya saya harus menjemput satu per satu murid dari rumah warga.  Bahkan ketika saya mengajar di kelas 1, yang berangkat hanya 3 orang saja. Hal tersebut menurut saya terjadi karena suasana sekolah mereka yang belum nyaman, fasilitas yang serba kurang serta guru yang terbatas jumlahnya. Sempat saya berbincang dengan salah satu pengajar di SDN Ranu Pani, beliau mengutarakan bahwa seperti inilah keadaan pendidikan di Ranu Pani, mereka lebih memilih ke ladang untuk menemani dan membantu orang tua mereka. Tidak hanya sekadar membantu, namun dengan tujuan mendapatkan uang saku lebih agar dapat dibelikan apapun yang mereka mau. Saya prihatin, ketika masa kecil mereka tidak dibina dengan baik, mereka tidak akan mengerti suasana yang seakin menantang di masa depan mereka. Semua bukan sepenuhnya salah orang tua, akan tetapi wali murid di sana masih memerlukan pendampingan khusus terkait kesadaran pendidikan ini. Oleh karena itu, ketika saya melihat taman baca di sana, saya berfikir anak-anak di Ranu Pani sepertinya lebih cocok untuk belajar di taman baca sehingga mereka dapat bebas dan mengekspresikan apa yang mereka inginkan. Taman baca di sini menurut saya akan berperan sebagai reinforcement bagi semangat anak-anak untuk belajar di sekolah formal. Setidaknya anak-anak Ranu Pani mulai terbiasa untuk berangkat menuntut ilmu walaupun itu berbatas dengan keinginan mereka. Saya juga berharap agar generasi muda juga sadar akan pentingnya pendidikan di negeri tercinta ini. Setidaknya, mencoba untuk menularkan apa yang mereka bisa untuk mencerdaskan saudara-saudara kita yang masih membutuhkan rangkulan tangan kita adalah sebuah kewajiban. Apalagi menyisihkan waktu dalam kesibukan. Ingin rasanya dapat kembali mengispirasi anak-anak di Ranu Pani.


oleh: Rhw
           

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ngelmu iku kalakone kanthi laku, Lekase lawan Kas, Tegese kas nyantosani, Setya buda pangekese durangkara Ilmu itu dapat dipahami/ dikuasai harus dengan cara atau tindakan, cara pencapaiannya dengan kas, yang artinya berusaha keras memperkokoh karakter, kokohnya budi (karakter) akan menjauhkan dari watak angkara/ pembawa petaka.  (Serat Wulangreh) Assalmu'alaikum Wr.Wb.  Halo dimanapun Anda berada, terima kasih dan selamat datang telah berkunjung di Beranda Ilmuku. Di sini, Nantinya Anda akan menemukan berbagai informasi seputar pendidikan. Dari mulai fenomena atau opini terkait dengan pendidikan di negara kita ataupun di negara tetangga. Sehingga kita termasuk orang-orang yang peka terhadap peran pendidikan bagi warga negara Indonesia.  Siapkah Anda menjadi pionir pendidikan di Indonesia yang berkarakter ?  Mari kita belajar bersama dan selalu semangat . by Rhw

Online vs Offline ?

Sekadar mengulas, pada abad 21 ini kita telah dikenalkan dengan berbagai macam banyak cara untuk belajar. Belajar apa saja yang sangat mungkin dilakukan oleh seseorang. Mulai dari pelatihan, kursus, tutorial, bahkan bisnis memiliki karakter masing-masing dalam dunianya. Nah, kali ini saya tidak akan membahas karakter dalam pelatihan, kursus ataupun bisnis, namun saya akan bercerita sedikit tentang melejitnya pembelajaran online saat ini, dan seolah-olah merupakan saingan besar bagi pembelajaran offline . Apakah benar adanya ? Menurut fakta dan angka tentang pembelajaran online yang saya diambil dari data statistik elearninginfographics.com menyatakan bahwa  5,8 juta siswa sekarang terdaftar di kursus online 75% dari siswa adalah sarjana berusia 25 atau lebih 90% siswa berpikir bahwa pemelajaran online adalah sama atau lebih baik daripada pengalaman kelas tradisional. Dari fakta di atas, bukan berarti saya akan selalu condong dengan pembelajaran online , bahk...